Hari minggu lalu saya
dan teman kuliah saya pergi ke salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Jakarta
yaitu Kota Tua yang berada di Jalan Taman Fatahillah No.1, Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuan saya pergi kesana adalah untuk memenuhi
salah satu tugas kuliah kepariwisataan, dan sekaligus menambah pengetahuan tentang
beberapa museum yang ada di Jakarta.
Alasan kenapa saya memilih Kota Tua sebagai
destinasi wisata adalah karena lokasinya yang strategis tidak terlalu jauh dari
stasiun, karena kemarin saya pergi dengan menggunakan transportasi kereta
commuter line. Dan karena tempat wisata tersebut cukup murah juga. Di kota tua
banyak sekali museum-museum yang bisa
kita kunjungi seperti , Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum
Bank Mandiri, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, Museum Kantor Pos
dan banyak yang lainnya.
Museum yang saya
kunjungi kemarin adalah Museum Wayang yaitu sebuah bangunan tua yang berada di
sekitar Taman Fatahillah, tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta
Barat, hanya berjarak beberapa meter dari Museum Sejarah Jakarta atau Museum
Fatahillah. Selain harga tiketnya dapat dibilang murah meriah. Kita juga bisa
mendapatkan wawasan lebih mengenai dunia perwayangan yang
mulai dilupakan terutama oleh generasi muda. Di museum tersebut terdapat
banyak jenis tokoh pewayangan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara
asing.
Sejarah Museum Wayang
Bangunan Museum Wayang
mulanya merupakan gereja tua yang
didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama ‘de oude Hollandsche Kerk’.
Hingga tahun 1732 gedung ini berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk
sipil dan tentara Belanda yang tinggal di Batavia.
Pada tahun 1733 gereja
tersebut dipugar dan namanya diubah menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk” yang
berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja yang kini menjadi taman
terbuka Museum Wayang terdapat prasasti-prasasti yang berjumlah 9 (sembilan)
buah yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di
halaman gereja tersebut.
Akibat terjadinya
gempa, bangunan Gereja Belanda tersebut sempat rusak. Selanjutnya di lokasi
tersebut dibangun kembali sebuah gedung yang difungsikan sebagai gudang milik
perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian
depan museum ini dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan
pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya
rumah Belanda pada zaman Kolonial.
Pada tanggal 14 Agustus
1936 gedung beserta tanahnya ditetapkan menjadi monumen. Selanjutnya dibeli
oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) yaitu lembaga
independen yang bertujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi,
kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Pada
tahun 1937 lembaga tersebut menyerahkan gedung kepada Stichting oud Batavia dan
kemudian dijadikan museum dengan nama “de oude Bataviasche Museum “ atau museum
Batavia Lama yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg
Stachouwer, pada 22 Desember 1939.
Gubernur Jakarta Ali
Sadikin meresmikan Museum Wayang pada 13 Agustus 1975. Museum Wayang memiliki
koleksi 4000 wayang dan boneka dari berbagai tempat di dalam dan luar negeri
seperti, India, Belanda, Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Kolombia
serta koleksi topeng, gamelan, dokumen, peta dan foto-foto tua.
Museum Wayang
memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang
terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar
negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Tiongkok dan Kamboja. Wayang
yang dikoleksi di Museum Wayang terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang
kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan.
Beberapa koleksi wayang yang dipajang dalam bingkai
Satu set gamelan di Museum
Wayang.
Dan berikut beberapa
dokumentasi yang saya lakukan di Museum Wayang:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar